Selamat Melaksanakan UASBN Semoga Berhasil .........

Halaman

Sabtu, 15 Mei 2010

Perampokan Berdarah di Cirebon, Gaji Guru Satu Kecamatan Amblas

FEATURES
Selasa, 04 Mei 2010 , 06:34:00
Perampokan Berdarah di Cirebon, Gaji Guru Satu Kecamatan Amblas
Penjahat Bersafari, Menembak Korban dari Jarak Dekat

BERDUKA- Putri ketiga Sutikno, Kinanti Ramadini (ketiga dari kiri), terlihat menyeka air matanya sembari memegang foto ayahnya sesaat setelah janazah Sutikno tiba di rumah duka. Foto: Yuda Sanjaya/Radar Cirebon
PERAMPOKAN terjadi di Kota Cirebon kemarin pagi. Uang Rp 585 juta lebih yang sedianya untuk membayar gaji guru satu kecamatan dibawa kabur perampok. Tragisnya, dua pengambil dan pembawa uang lebih dari setengah miliar rupiah itu tewas setelah ditembak kawanan penjahat tersebut.

--------------------------------------------
RADEN DEDI-RONA, Cirebon
--------------------------------------------

Wajah Tuti Sari masih terlihat seperti orang yang begitu takut. Perempuan yang sehari-hari menjadi guru itu adalah salah seorang saksi mata yang menyaksikan perampokan tersebut. Jarak tempat kejadian dengan sekolah tempatnya mengajar sekitar 20 meter.

"Saat kejadian, saya sedang berada di luar sekolah. Semula saya kira ada tabrakan," ceritanya dengan suara yang masih bergetar. Anggapan itu pun sirna ketika dia menyaksikan adegan seseorang berjaket hitam sedang mempertahankan sebuah kantong yang direbut oleh seseorang berpakaian safari.

Tidak lama berselang, pria yang bersafari itu mengeluarkan pistol, lalu menembakkannya ke arah pria berjaket hitam tersebut. "Begitu terdengar suara letusan pistol hingga lebih dari dua kali, saya bergegas masuk ke dalam sekolah karena takut. Orang-orang juga terlihat ketakutan dan mulai membubarkan diri," terangnya.

Saksi mata lain, Ismail, menceritakan hal yang sama. Mahasiswa 21 tahun sebuah perguruan tinggi swasta di Cirebon itu menyaksikan adegan dua orang ditembaki oleh seorang yang dibonceng. "Waktu itu saya sedang naik motor, kemudian melihat dua orang sedang dikejar-kejar. Awalnya, saya kira, dua orang yang dikejar itu pelaku jambret. Nggak tahunya setelah saya mendengar suara tembakan, saya mundur. Begitu dua korban sudah jatuh, pelaku terus menembaki korban," ujarnya.

Perampokan yang terjadi sekitar pukul 08.30 itu memang menggemparkan warga Kota Cirebon. Dari informasi yang dihimpun Radar Cirebon (Jawa Pos Group) diketahui pagi itu Rudiman, 45, dan Sutikno, 45, baru keluar dari Kantor Bank Jabar-Banten di kantor kas RSUD Gunung Jati. Mereka berboncengan mengendarai motor Supra. Rudiman yang memegang setir.

Rudiman dan Sutikno adalah pegawai di Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) Pendidikan Nasional Kecamatan Kesambi, Kota Cirebon. Pagi itu, dia mendapat tugas untuk mengambil uang Rp 585.932.497 di Kantor Bank Jabar-Banten tersebut. Uang tersebut adalah gaji 377 pegawai (terdiri atas guru, kepala sekolah, dan staf tata usaha) di lingkungan UPTD itu.

Rupanya, gerak-gerik Rudiman dan Sutikno diintai oleh perampok yang terdiri atas dua orang berboncengan motor. Ketika dua pegawai UPTD itu baru keluar dari gerbang RSUD Gunung Jati, penjahat tersebut langsung membuntuti dan mengeluarkan pistol. Selanjutnya, senpi itu dua kali ditembakkan ke udara.

Mendengar suara tembakan, Rudiman panik. Dia kemudian sadar sedang dibuntuti. Rudiman pun memperkencang laju motornya menuju ke arah barat, ke Jl Pemuda melewati Jl dr Sudarsono. Dua perampok yang juga berboncengan motor itu terus mengejar, sambil terus menembak beberapa kali ke arah Rudiman dan Sutikno.

Dor, dor, dor, tiga tembakan akhirnya menembus punggung Rudiman hingga dia tidak mampu lagi mengendalikan motor. Saat itu, Sutikno langsung ganti mengemudikan motor dari posisinya di belakang. Pada waktu yang bersamaan, kawanan perampok terus menembak ke arah Sutikno. Ini membuat dia semakin panik hingga akhirnya motor yang dia kemudikan menabrak motor lain yang belakangan diketahui dikendarai Agus Rochim.

Setelah terjatuh, Sutikno bergegas bangkit dan berlari. Dia berusaha menyelamatkan diri dengan membawa uang di dalam bungkusan. Sutikno saat itu berlari ke arah SDN Kampung Melati. Saat itu, perampok terus mengejarnya.

Ketika hendak masuk ke halaman SDN Kampung Melati, langkah Sutikno tertahan. Perampok berhasil mencegat dia. Saat itulah Sutikno berusaha melawan dengan mempertahankan bungkusan berisi uang. Terjadilah adegan tarik-menarik antara Sutikno yang menurut saksi mata saat itu berjaket hitam dengan perampok yang digambarkan berpakaian safari.

Bisa jadi karena kesal, si perampok itu menembak Sutikno tiga kali dari jarak dekat. Satu tembakan mengenai jantungnya, satu tembakan menembus lengan kiri, dan satu tembakan lagi mengenai punggung. Sutikno pun terkapar bersimbah darah. Seketika itu dia mengembuskan napasnya yang terakhir.

Uang dalam bungkusan yang semula dipegang erat Sutikno akhirnya berpindah ke tangan penjahat. Setelah mendapatkan uang itu, dua penjahat itu kabur. Tapi, sebelumnya, salah seorang di antara mereka menembaki tubuh Rudiman yang sudah terkapar di aspal. Tembakannya empat kali.

Warga setempat yang mengetahui peristiwa tersebut langsung menolong korban dengan membawa mereka ke RSUD Gunung Jati Cirebon. Polisi dari Polresta Cirebon tiba di TKP beberapa menit kemudian setelah mendapat laporan dari warga.

Di lokasi polisi langsung mensterilkan dan penyisiran TKP untuk mencari proyektil peluru milik perampok. Dari penyisiran itu, polisi menemukan sembilan selongsong peluru berukuran 9 mm dari jenis senjata FN.

Selain polisi, petugas dari Detasemen Polisi Militer III/ Siliwangi-Cirebon, Korem 063 Sunan Gunung Jati, Kodim 0614 Kota Cirebon, serta Badan Intelijen Negara (BIN) pun ikut melakukan penyelidikan di TKP. Bukan hanya itu, tim Detasemen Khusus (Densus) 88 Polda Jabar pun turun tangan untuk memburu para pelaku perampokan.

Kepada wartawan, Kapolwil Cirebon Kombes Pol Drs H Tugas Dwi Apriyanto didampingi Kapolresta Cirebon AKBP Ir Ary Laksmana Wijaya mengatakan, pihaknya masih melakukan penyelidikan. "Jenis selongsong yang kami temukan berukuran 9 mm. Jelas peluru ini bukan berasal dari jenis pistol revolver, melainkan pistol jenis FN. Sejauh ini kami masih menyelidiki apakah ada kaitannya dengan peristiwa-peristiwa perampokan yang selama ini terjadi di wilayah III Cirebon," jelasnya.

Di bagian lain, tewasnya Rudiman dan Sutikno menyisakan duka mendalam bagi keluarganya.

Rudiman meninggalkan seorang istri dan dua anak perempuan yang masing-masing baru berumur 7 tahun dan 3 tahun.

Sehari-hari, Rudiman dikenal sebagai sosok yang sangat sederhana. Manshur, salah seorang kerabat Rudiman, menceritakan, hidup saudaranya itu masih memprihatinkan secara ekonomi.

"Dia baru empat tahun punya motor," kata Manshur yang ditemui di rumah duka, di Desa Keraton, Kecamatan Suranenggala.

Jika Rudiman meninggalkan dua anak, Sutikno tiga anak perempuan yang mulai beranjak dewasa. Mereka adalah Maulana Ami Prayuti, 22; Retno Sofiana, 13; dan Kinanti Ramadani, 10. Ketika jenazah Sutikno tiba di rumah duka di Kelurahan Drajat, Kecamatan Kesambi, tadi malam, tiga anak itu berusaha membesarkan hati ibunya, Yuniarti Susana, 42.

Hingga jenazah suaminya disalatkan di Masjid Jami Baiturohman, Yuniarti masih tertekan dan belum bisa diwawancarai. Di ruang tamu rumah berlantai dua itu, Yuniarti terus dirubung kerabatnya lantaran perempuan berjilbab tersebut sesekali histeris.

Yang ikut hadir menyalatkan jenazah adalah Kepala Dinas Pendidikan Kota Cirebon, Dedi Windiagiri MPd, dan beberapa anggota DPRD setempat. (jpnn/kum)

Tidak ada komentar: